Sejarah Desa Sampetan
Dikutip dari buku HARMONI DARI DESA SAMPETAN karya Dwi Suryanti, S.Pd., (2024) Desa Sampetan merupakan bagian dari Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di kaki Gunung Merbabu dengan jarak sekitar delapan kilometer dari pusat kecamatan dan dua puluh dua kilometer dari pusat kabupaten. Berada pada ketinggian 740 meter di atas permukaan laut, desa ini memiliki iklim sejuk dan tanah yang subur sehingga mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, peternak, maupun buruh pabrik. Desa Sampetan memiliki enam rukun warga, tiga puluh enam rukun tetangga, dan empat dusun yang menjadikannya kawasan dengan potensi besar di bidang pertanian.
Secara historis, Desa Sampetan terbentuk dari penggabungan dua kademangan, yaitu Kademangan Sampetan yang dipimpin Demang Suro Waspodo dan Kademangan Kropak yang juga dipimpin seorang Demang. Pada masa kolonial Belanda, wilayah desa ini merupakan perkebunan teh dan kopi. Kini, wilayah Desa Sampetan mencakup dua belas dusun, yaitu Sampetan, Sendang, Cemoro Sewu, Pereng Kulon, Pereng Wetan, Pagerjurang, Gumuk, Mungsari, Karangboyo, Sembung, Karanggondang, dan Kendal.
Ada beberapa daya tarik dari Desa Wisata Sampetan yang membuatnya direkomendasikan untuk dikunjungi.
- Pemandangan Alam dan Pertanian
Desa Sampetan berada di kaki Gunung Merbabu dengan udara sejuk dan tanah yang subur. Kondisi ini membuat desa cocok untuk pertanian, menghasilkan pemandangan hijau yang indah. - Tradisi dan Budaya Lokal
Masyarakat masih melestarikan tradisi turun-temurun seperti Kenduri, Nyadran, dan Merti Dusun. Kegiatan ini mencerminkan rasa syukur, kebersamaan, serta gotong royong warga. - Toleransi dan Kerukunan
Desa Sampetan dikenal sebagai Desa Profil Pancasila karena warganya yang hidup rukun meskipun berbeda agama. Toleransi tercermin dari partisipasi bersama dalam perayaan hari besar keagamaan.